Retinopati Hipertensi, Komplikasi Hipertensi yang
terlupakan


18 Sep 2020, 20:46 Yogi Ramdani Dibaca : 434


Retinopati Hipertensi, Komplikasi Hipertensi yang "terlupakan"

 

 

Dalam praktek klinis sehari hari, sangat jarang seorang kardiolog, seorang internis atau mungkin seorang dokter umum menggunakan ophthalmoscopy untuk memeriksakan kemungkinan komplikasi pada retina dari pasien hipertensi. Dalam pertemuan ilmiah nasional hipertensi seperti Indonesian Society of Hypertension (InaSH) misalnya, tidak tercantum logo Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) pada deretan logo organisasi structural Perhimpunan Hipertensi Indonesia tersebut. Padahal, tentunya tidak jarang ditemukan retinopati hipertensi sebagai salah satu kompikasi dari hipertensi.

Menurut Joint National Committee VII (JNC VII), salah satu dari tujuan dari evaluasi hipertensi adalah mengetahui adanya kerusakan organ target. Retinopati tercantum sebagai salah satu dari kerusakan organ target yang mungkin timbul sebagai akibat dari hipertensi. European Society of Cardiology (ESC) dan European Society of Hypertension (ESH) dalam Guidelines for The Management of Arterial Hypertension tahun 2007 merekomendasikan untuk menanyakan kemungkinan adanya retinopati melalui anamnesis, sedangkan pemeriksaan funduskopi direkomendasikan hanya pada hipertensi yang berat.

Guideline ESC/ESH tersebut juga mengatakan bahwa berbeda dengan keadaan di masa lalu ketika klasifikasi retinopati Keith, Wagener dan Barker pertama dipublikasikan, pada masa kini penderita hipertensi dating berobat lebih awal sehingga jarang ditemukan penderita retinopati hipertensi derajat IV. Penelitian yang pernah dilakukan oleh penulis menemukan bahwa hanya 5 % dari populasi sampel dengan retinopati hipertensi yang dating dalam keadaan derajat IV. Terbanyak pasien datang dalam keadaan retinopati derajat I dan II (78%).

Diantara pasien yang didiagnosis dengan retinopati hipertensi derajat I dan II tersebut, 52% diantaranya tergolong hipertensi derajat II menurut klasifikasi JNC VII dan tidak berobat karena berbagai alasan. Penulis menemukan bahwa dari 108 pasien yang didiagnosis dengan retinopati hipertensi melalui foto retina digital, terdapat 26 pasien yang tidak tergolong hipertensi saat didiagnosis telah memiliki tanda retinopati hipertensi.

Guidelines ESC/ESH menyinggung bahwa dengan foto retina digital yang ada sekarang ini gangguan vaskuler retina akibat hipertensi dapat terdeteksi lebih dini dan penderita retinopati hipertensi umumnya tidak merasakan gejala atau keluhan hingga memasuki stadium lanjut dan retinopati dapat mendahului terjadinya hiperten sisistemik. Retinopati hipertensi dan hipertensi sistemik dapat saja terjadi asimtomatik atau tidakbergejala sehingga progresifitas penyakit bias berlangsung tanpa terdeteksi.

Sairenchi dkk melalui sebuah studi kohort yang dimuat di majalah Circulation menyimpulkan bahwa tanda retinopati hipertensi yang ringan merupakan risiko mortalitas kardiovaskular independen pada orang dengan atau tanpa hipertensi. Meski demikian, Keterkaitan retinopati dengan prognosis penyakit kardiovaskular tampaknya masih perlu penelitian lebih lanjut. Namun tentunya berkurangnya fungsi penglihatan pada seorang dengan hipertensi selayaknya mendapat perhatian lebih karena secara nyata mempengaruhi quality of life.

Tentunya penulis tidak menyatakan bahwa seorang spesialis mata harus ahli menangani hipertensi dengan segala komplikasinya, atau seorang kardiolog terampil menggunakan ophthalmoscopy, hanya berpendapat bahwa masalah hipertensi memang harus melibatkan disiplin ilmu lintas spesialisasi agar pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang holistic dan sedapatnya komplikasi dapat dicegah atau ditemukan dalam derajat penyakit awal sedini mungkin sehingga dapat ditatalaksana secara tepat. (ViDam)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*Penelitian Penulis mengenai "Stage of Hypertension in Patients with Hypertensive Retinopathy" dipresentasikan dalam bentuk poster ilmiah pada Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association 2010. Abstrak dapat dibaca di www.korejat.com

 

 

Vito Damay

 

Pengirim : Vito Damay


ARTICLE