18 Sep 2020, 20:34
Yogi Ramdani Dibaca : 322GAYA HIDUP BAIK dapat meningkatkan Kolesterol?
Bila kita membicarakan mengenai pencegahan penyakit jantung koroner, maka tidak akan lepas dari kadar kolesterol. Tidak jarang pasien akan bertanya: “ katanya ada kolesterol yang jahatdanadakoleterol yang baik?’.Kolesterol adalah suatu jenis lemak yang ada dalam tubuh. Kolesterol ini tidak dapat larut dalam darah dan membutuhkan “pengangkut” yangdinamakan lipoprotein. Dua jenis lipoprotein yang paling dikenal oleh masyarakat awam adalah LDL dan HDL.
Kolesterol yang disebut “jahat” oleh orang awam adalah LDL (Low Density Lipoprotein). LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah. Sebaliknya, HDL ( High Density Lipoprotein) disebut sebagai lemak yang "baik" karena membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati untuk dihancurkan. Karena hal tersebut maka HDL dianggap dapat membantu seseorang memperlambat proses aterosklerosis, sehingga dengan demikian berperan membantu mencegah serangan jantung.
Pentingnya peran kadar kolesterol ini dalam penyakit jantung koroner, membuat European Society of Cardiology (ESC) merekomendasikan agar semua orang diatas 40 tahun memeriksakan factor risiko kardiovaskular termasuk profil lipid. Rendahnya kadar HDL ( < 40 mg/dL pada laki-laki ataustroke. Sebuah survey mandiri yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa 57% dari semua pasien yang dirawat karena infark miokard akut di RSHS memiliki kadar HDL dibawah 40 mg/dL.
Lalu bagaimana mengajak kolesterol baik ini turut membantu kita mencegah penyakit jantung koroner? ESC menganjurkan untuk berhenti merokok (bukan mengurangi merokok) serta mengurangi makan makanan dengan trans fat yang tinggi seperti margarin, ayam goreng cepat saji ( termasuk “gorengan” yang jamak menjadi konsumsi rakyat Indonesia khsususnya di kota besar). Konsumsi karbohidrat yang tinggi ternyata berkaitan dengan penurunan kadar HDL secara signifikan. Bagi orang Asia hal ini dapat menjadi “kesulitan” tersendiri tersendiri yang merupakan ‘pelahap’ nasi putih. Lebih dianjurkan untuk menkonsumsi karbohidrat dengan index glikemik rendah seperti sereal, roti gandum atau sayur sayuran yang memiliki serat tinggi
Aktivitas fisik seperti berjalan cepat atau aerobik, dapat meningkatkan kadar HDL 3,1 mg/dL hingga 6 mg/dL. Sementara penurunan berat badan dapat meningkatkan kadar HDL sebesar 0.4 mg/dL setiap satu kilogram penurunan berat badan.
Semua hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup yang sehat dapat berpengaruh secara bermakna untuk meningkatkan HDL atau kolesterol “baik” dan demikian membantu kita mencegah serangan dari pembunuh nomor satu (meminjam istilah dari penulis ‘Menaklukkan Pembunuh No.1’ terbitan Mizan publishing: dr. A. Fauzi Yahya, SpJP (K)). (ViDam)
Vito Damay
Pengirim : Vito Damay